Sabtu, 27 Juni 2009

Ketika seorang teman menanyakan dimana kebahagiaan


( Ini adalah sebuah tulisan lama, dan kali ini menjadi refleksi buat saya)

Seseorang bertanya, meminta tolong tepatnya atau lebih tepatnya lagi bertanya sambil meminta tolong. Bagaimana menemukan bahagia? Apakah murah atau sebegitu mahalkah itu? Awalnya saya hanya sekedar sekilas lalu membaca petikan pertanyaan orang itu. Saya diamkan, karena apa peduliku ? lalu saya menyadari sesuatu, dan petikan pertanyaan sesorang itu membawa diri saya pada dimensi renungan pribadi.

Pernahkah saya juga mengalami rasa yang sama dengannya? Mencari kebahagiaan?bertanya bagaimana menemukan kebahagiaan? Pernahkah saya sebegitu putus asanya dalam mencari kebahagiaan? Yang jelas saya ingat, saya pernah merasakan kehampaan. Tapi pada saat itu bukan karena saya tidak bahagia. Hanya saja saya merasa hampa.

Saat saya merasa hampa, saya seperti kehilangan, tapi bukan kehilangan kebahagiaan. Saya merasa hampa karena pencarian sebuah pengisian jiwa. Yang mana hal itu berpengaruh pada apa yang saya rasa tentang kebahagiaan. Karena ketika jiwa saya hampa, saya cenderung memilih untuk mengurungkan diri dalam "cangkang". Menutup diri dari kepedulian, menjadikan diri asing bagi mereka, menjadikan kebahagiaan sesuatu yang hambar tak berasa. Aku menjadi dingin.... I become so numb.

Saya bersyukur, bahwa tidak pernah merasa tidak bahagia. Tetapi saya yakin kebahagiaan dapat menjadi hambar ketika rasa hampa itu datang menghampiri. Kembali pada petikan sesorang yang sempat saya acuhkan......petikan ini saya ingat lagi, ketika seorang sahabat mengirimkan email.....dengan subject Bersyukur.

Setelah membacanya, saya menghela nafas. Betapa saya sering tidak bersyukur, terlalu sering saya menjalani hidup dengan mempertanyakan kenapa?kenapa?kenapa? Pertanyaan itu sepertinya saya protes dengan Penciptaku......merasa saya tidak pernah mendapatkan apa yang saya inginkan.....pertanyaan kenapa?kenapa?kenapa? Seperti membuntukan pikiran saya, bahkan langkah saya, karena saya terlalu sibuk dengan kenapa?kenapa?kenapa?

SAYA MERASA TIDAK PERNAH MENDAPATKAN APA YANG SAYA INGINKAN, padahal ternyata keinginan saya seperti jurang tak bertepi...tiada habisnya...keinginan manusia memang benar adanya seperti jurang tidak bertepi, kalau tidak demikian maka tidak mungkin akan ada pernyataan bahwa SAYA MERASA TIDAK PERNAH MENDAPATKAN KEINGINAN SAYA Ketidak bertepian itu membuat saya berpikir selalu merasa tidak pernah mendapatkan apa yang saya inginkan, padahal Yang Maha Kuasa mengetahui tepatnya apa yang saya BUTUHKAN. Tidak mendapatkan apa yang saya inginkan membuat saya merasa hampa, saya yang memutuskan untuk menjadi hampa. Saya harus banyak menyadari bahwa saya telah mendapatkan apa yang saya butuhkan, untuk kemudian membawa saya keluar dari dimensi kehampaan dan merasakan kebahagian sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar