Ini sudah bulan Juni ya?Hmm..berarti sudah 3 bulan saya bekerja menjadi "Abdi Negara". Mau tau bagaimana ceritanya?
Masa perkenalan dengan Kepala Badan membuat saya ditempatkan menjadi staff beliau. Saya mengambil kesimpulan penempatan tersebut, semata-mata karena saya ketika di tanya pernah ikut test TOEFL, saya menjawab bahwa saya pernah ikut tes TOEFL di LIA dengan score 508 (bukan sesuatu yang membanggakan, karena saya tahu nilai TOEFL ini masih teramat sangat kecil sekali untuk bisa di banggakan..kalau nilai ini sudah besar maka seharusnya saya bisa lulus di DEPLU hehehhe...tapi sekali lagi ini kesimpulan sementara saya, karena saya belum pernah menanyakan secara langsung mengapa saya ditempatkan di posisi tersebut)
Sudah 2 bulan lamanya saya mendapat penempatan sebagai staff Kepala Badan. Semuanya masih serba canggung awalnya, karena pekerjaan saya berhubungan dengan masalah administrasi surat-surat yang di tujukan Kepala Badan. Saya bertiga diruangan tersebut, kami menyebutnya ruang sekretaris Kepala Badan (untuk keselamatan para pihak, maka saya tidak akan menyebutkan siapa gerangan 2 orang lagi staff Bapak di ruangan tersebut, yang jelas mereka seniorku di tempat tersebut). Minggu pertama saya merasa, rasanya terlalu banyak orang di ruangan tersebut untuk mengerjakan sesuatu secara beramai-ramai, karena rasanya seperti mengerjakan sesuatu secara berebutan. Saya termasuk orang yang yang cerewet ketika saya berhadapan dengan sesuatu yang baru. Rasanya pengen serba tahu bagaimana harus mengerjakan ini dan itu (hal ini semata-mata supaya saya bisa meminimalkan kesalahan yang bisa saja saya lakukan), namun sepertinya hal tersebut "mengganggu" rekan-rekan kerja ku yang 2 orang tadi. For your information ya, ga ada masa orientasi untuk menangani pekerjaan administrasi sebagai staff Kepala Badan. Jadinya saya hanya banyak melihat dan memperhatikan bagaimana rekan-rekan saya yang 2 orang itu bekerja. hahahahha....dan ternyata eng ing eng...saya melakukan kesalahan kan...."people are becoming good when they learn something by doing it" tapi akhirnya saya mempraktekkan juga bahwa "People are becoming good if they learn from their mistake"------> (Mudah-mudahan saja saya ingat apa aja kesalahan yang telah saya buat =) ) namun kendalanya sekarang bagaimana saya bisa belajar banyak, kalau tidak keduanya saya lakukan?!? Im not doing the "it" things oftenly. Jadinya saya hanya membantu sebisa mungkin.
Ada kalanya mereka berdua sibuk mengerjakan tugas yang disampaikan oleh Bapak Kepala kepada salah satu dari 2 orang staff Bapak ini, mereka hanya berdua dan berbisik mengerjakan tugas tersebut. Mau tau bagaimana rasanya melihat hal tersebut? bagi saya -yang dilahirkan dengan tingkat sensitifitas yang sangat tinggi sekali- hal tersebut amat sangat tidak nyaman sekali. Aku menawarkan bantuan, tapi mereka hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa. Ya..seharusnya saya tidak ambil pusing dengan tingkah tersebut, tapi seperti yang saya bilang saya dilahirkan dengan "kelebihan sensitifitas". Saya hampir sangat jarang sekali bisa menemui Bapak di ruangannya untuk menyampaikan surat-surat yang ditujukan padanya. Karena semuanya sudah di handle oleh 2 orang staf Bapak ini (akhirnya saya bertanya, terus tugas saya apa ya??) Sekalinya dapat tugas dari Bapak, hal itu malah menjadi awal dari segala "bencana" bagi saya.
Suatu hari, melalui salah seorang staf Bapak, beliau memanggil saya. Saya segera memasuki ruangan beliau. Beliau memberi tugas untuk memberikan tambahan pada pidato sambutan yang akan di sampaikan oleh beliau pada sebuah seminar yang akan di hadiri perwakilan organisasi internasional. Poin-point tambahan tersebut beliau diktekan kepada saya. Ketika saya akan keluar dari ruangan beliau, rekan saya menanyakan, ada apa dipanggil oleh Bapak? saya menjawa bahwa bapak minta ditambahkan beberapa kalimat pidato sambutan. Pesan rekan saya, agar saya mengkoordinasikan dengan orang yang membuat pidato tersebut. Saya segara melakukan koordinasi tersebut, karena saya paham bahwa pidato tersebut disusun oleh yang bersangkutan, maka penambahan kata dan kalimat dalam pidato tersebut harusnya di koordinasikan. Awalnya ini hal yang sangat-sangat simple, karena saya hanya perlu memasukan beberapa kalimat Bapak pada bagian akhir pidato. Tapi ternyata tidak sesimple itu, ruwet malah jadinya. .....To be continue ya...
Masa perkenalan dengan Kepala Badan membuat saya ditempatkan menjadi staff beliau. Saya mengambil kesimpulan penempatan tersebut, semata-mata karena saya ketika di tanya pernah ikut test TOEFL, saya menjawab bahwa saya pernah ikut tes TOEFL di LIA dengan score 508 (bukan sesuatu yang membanggakan, karena saya tahu nilai TOEFL ini masih teramat sangat kecil sekali untuk bisa di banggakan..kalau nilai ini sudah besar maka seharusnya saya bisa lulus di DEPLU hehehhe...tapi sekali lagi ini kesimpulan sementara saya, karena saya belum pernah menanyakan secara langsung mengapa saya ditempatkan di posisi tersebut)
Sudah 2 bulan lamanya saya mendapat penempatan sebagai staff Kepala Badan. Semuanya masih serba canggung awalnya, karena pekerjaan saya berhubungan dengan masalah administrasi surat-surat yang di tujukan Kepala Badan. Saya bertiga diruangan tersebut, kami menyebutnya ruang sekretaris Kepala Badan (untuk keselamatan para pihak, maka saya tidak akan menyebutkan siapa gerangan 2 orang lagi staff Bapak di ruangan tersebut, yang jelas mereka seniorku di tempat tersebut). Minggu pertama saya merasa, rasanya terlalu banyak orang di ruangan tersebut untuk mengerjakan sesuatu secara beramai-ramai, karena rasanya seperti mengerjakan sesuatu secara berebutan. Saya termasuk orang yang yang cerewet ketika saya berhadapan dengan sesuatu yang baru. Rasanya pengen serba tahu bagaimana harus mengerjakan ini dan itu (hal ini semata-mata supaya saya bisa meminimalkan kesalahan yang bisa saja saya lakukan), namun sepertinya hal tersebut "mengganggu" rekan-rekan kerja ku yang 2 orang tadi. For your information ya, ga ada masa orientasi untuk menangani pekerjaan administrasi sebagai staff Kepala Badan. Jadinya saya hanya banyak melihat dan memperhatikan bagaimana rekan-rekan saya yang 2 orang itu bekerja. hahahahha....dan ternyata eng ing eng...saya melakukan kesalahan kan...."people are becoming good when they learn something by doing it" tapi akhirnya saya mempraktekkan juga bahwa "People are becoming good if they learn from their mistake"------> (Mudah-mudahan saja saya ingat apa aja kesalahan yang telah saya buat =) ) namun kendalanya sekarang bagaimana saya bisa belajar banyak, kalau tidak keduanya saya lakukan?!? Im not doing the "it" things oftenly. Jadinya saya hanya membantu sebisa mungkin.
Ada kalanya mereka berdua sibuk mengerjakan tugas yang disampaikan oleh Bapak Kepala kepada salah satu dari 2 orang staff Bapak ini, mereka hanya berdua dan berbisik mengerjakan tugas tersebut. Mau tau bagaimana rasanya melihat hal tersebut? bagi saya -yang dilahirkan dengan tingkat sensitifitas yang sangat tinggi sekali- hal tersebut amat sangat tidak nyaman sekali. Aku menawarkan bantuan, tapi mereka hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa. Ya..seharusnya saya tidak ambil pusing dengan tingkah tersebut, tapi seperti yang saya bilang saya dilahirkan dengan "kelebihan sensitifitas". Saya hampir sangat jarang sekali bisa menemui Bapak di ruangannya untuk menyampaikan surat-surat yang ditujukan padanya. Karena semuanya sudah di handle oleh 2 orang staf Bapak ini (akhirnya saya bertanya, terus tugas saya apa ya??) Sekalinya dapat tugas dari Bapak, hal itu malah menjadi awal dari segala "bencana" bagi saya.
Suatu hari, melalui salah seorang staf Bapak, beliau memanggil saya. Saya segera memasuki ruangan beliau. Beliau memberi tugas untuk memberikan tambahan pada pidato sambutan yang akan di sampaikan oleh beliau pada sebuah seminar yang akan di hadiri perwakilan organisasi internasional. Poin-point tambahan tersebut beliau diktekan kepada saya. Ketika saya akan keluar dari ruangan beliau, rekan saya menanyakan, ada apa dipanggil oleh Bapak? saya menjawa bahwa bapak minta ditambahkan beberapa kalimat pidato sambutan. Pesan rekan saya, agar saya mengkoordinasikan dengan orang yang membuat pidato tersebut. Saya segara melakukan koordinasi tersebut, karena saya paham bahwa pidato tersebut disusun oleh yang bersangkutan, maka penambahan kata dan kalimat dalam pidato tersebut harusnya di koordinasikan. Awalnya ini hal yang sangat-sangat simple, karena saya hanya perlu memasukan beberapa kalimat Bapak pada bagian akhir pidato. Tapi ternyata tidak sesimple itu, ruwet malah jadinya. .....To be continue ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar